. (My bodyguard is English Boy) chapter 3

Saturday, 14 May 2011

(My bodyguard is English Boy) chapter 3

Cerita Sebelumnya


Kento berjalan semakin jauh dari pandanganku, sebenarnya ada apa dengan dirinya? apakah aku salah kalau ingin membantu orang? ini bukanlah sifat Kento yang biasanya.

Aku harus mencari tahu ada apa sebenarnya dengan Kento.....


***********************************************************************************

continue


Setelah Kento meninggalkan ku sendirian di terminal bus, aku jadi pulang sendiri tanpa di kawal oleh Keito. Di perjalanan pulang, aku menyempatkan membeli beberapa makanan untukku sendiri karena sepertinya malam ini aku akan kerja romusha (?) untuk menyelesaikan tugas kuliahku dan berkas-berkas yang menumpuk di meja ku. Minggu ini memang sedikit berat dalam hidupku, selain pekerjaan yang menumpuk, di tambah lagi si Kento yang ngambek gak jelas. Setelah pekerjaanku selesai semua, aku janji akan meminta penjelasan terhadap kelakuan Kento yang aneh itu. Aku masuk ke sebuah supermarket dan membeli beberapa bungkus keripik untuk malam ini, tiba-tiba saja aku seperti melihat Kento di supermarket itu, setelah ku perhatikan dengan saksama lagi, ternyata itu memang benar Kento. " wah, si Kento lagi ngapain tuh di bagian majalah? jangan-jangan dia lagi numpang baca gratis di sana, apa aku tegur saja ya?" ucapku dalam hati

Sudah banyak pertanyaan yang ingin ku tanyakan padanya, kenapa dia tadi meninggalkanku dan kenapa dia bertingkah aneh hari ini. Beberapa menit aku memerhatikannya, akhirnya dia keluar juga dari supermarket itu, aku segera mengikutinya keluar. "loh,,loh,,? ini kan bukan jalan menuju rumahnya? mau ngapain si Kento lewat jalan ini?" tanyaku dengan diri sendiri


Jalan demi jalan aku telusuri, tapi aku tidak mengetahui daerah yang sedang ku datangi, tiba-tiba saja Kento berhenti di sebuah bar dan masuk kedalamnya. "ee?? dia masuk ke bar? mau ngapain sih itu orang masuk kesana? jangan-jangan..." hal-hal yang aneh-aneh mulai muncul di dalam pikiranku, aku pun ikut masuk ke dalam bar tersebut. Dengan tertatih-tatih karena kelelahan, aku melangkah memasuki tempat aneh itu. Bar itu di penuhi laki-laki bejat dan wanita penggoda, musik-musik yang tidak pernah ku dengar sebelumnya menaungi telingaku hingga aku pusing. Aku duduk sejenak di bangku yang jauh dari pandangan Kento. Aku terus memerhatikan sosok Kento yang masuk ke sebuah ruangan, 5 menit kemudian ia muncul kembali dengan mengenakan pakaian seragam yang sama dipakai oleh pemuda yang ada di ujung sana yang sedang melayani seorang gadis.


"Kento! kau sedang apa di sini? apa yang kau lakukan?" tanyaku segera menghampiri Kento yang sedang berdiri mengelap gelas-gelas


"Yuri? sedang apa kau disini? jangan-jangan kau mengikutiku ya?" Kento berbalik tanya padaku


"i..i..iya..!"


"aku sedang sibuk bekerja, tolong kamu jangan ganggu aku dulu" pinta Kento padaku



"tapi, sejak kapan kau bekerja di tempat seperti ini?" aku terus bertanya pada Kento


"kau tidak perlu tahu kapan dan mengapa aku bekerja di sini, sebaiknya kau pulang saja sana!" seru Kento terus mengelap gelas-gelas


"aku tidak mau!!!"


"terserah! sebentar lagi akan ada yang menyeretmu keluar dengan paksa kalau kau tidak mau pergi juga"


Aku mendesah di dalam hati, kenapa Kento begitu kasar padaku dan.... akhh, sudahlah sebaiknya aku pergi saja dari tempat aneh ini dan segera mengerjakan tugasku.


-ASHITA-


Pagi ini seperti biasanya Kei sudah ada di depan rumah dan siap untuk mengantarku, barang bawaanku hari ini sungguh banyak sampai-sampai pelayanku kerepotan membawanya, hari ini aku bertekad setelah dari universitas langsung menginap di rumah Kei. Setelah semalaman suntuk berfikir aku akan refreshing bersama Kei di rumahnya sekalian membantu keluarganya. Aku sudah tidak mau mempermasalahkan hal yang kemarin dengan Kento, biarkan saja kalau dia itu marah denganku, toh nanti dia pasti akan menelepon dan meminta maaf.


"ohayou yuri-sama" seru kei menebar senyumnya


"ohayou gozaimasu" balasku tersenyum padanya


"hari ini kau yakin mau menginap dirumahku beberapa hari?"


"tidak, aku akan menginap dirumahmu 1 minggu"


"eee??? apa tidak terlalu lama? bagaimana dengan kuliahmu dan pekerjaan?" mata Kei terbelalak ketika mendengar ucapanku


"un, sudah kuputuskan, aku akan menginap di rumahmu selama 1 minggu dan akan berangkat kuliah dari rumahmu, makanya nanti kau tidak usah mengembalikan mobil ke rumahku" ujarku panjang lebar menjelaskan


"baiklah, ayo kita berangkat sekarang"


Aku dan Kei memasuki mobil, sepanjang perjalanan Kei selalu menanyakan bagaimana dengan Kento tapi aku selalu mengalihkan pembicaraannya itu, sampai-sampai dia bosan dan mengganti topik pembicaraan kami. Sesuai rencanaku, Kei mengantarku sampai ke universitas, sebelum keluar mobil tiba-tiba saja Kei menarik tanganku dan berkata "hati-hati Yuri-sama, kalau kau butuh aku langsung panggil dengan walkie talkie" *alat jaman baheula*

"un, tentu saja" ucapku sambil tersenyum padanya.

Memang agak aneh kalau Kei bertingkah laku seperti itu, tidak biasanya dia begitu, atau jangan-jangan... isssh aku tidak boleh memikirkan hal aneh itu, dia kan hanya pengawalku saja.

Aku terus berjalan sambil menunduk memikirkan hal itu dan BRAAAKK!! aku menabrak seseorang sampai ia terjatuh.


"sumimasen, hontou sumimasen.." ujarku meminta maaf pada lelaki yang kutabrak


"daijoubu" balas lelaki itu


Aku merasa mengenal suaranya, dan dengan sesegera mungkin aku menongakan kepalaku, dan.. TADAAA, orang yang kutabrak adalah Kento, "aiisshh, kenapa harus dia yang kutabrak" ucapku dalam hati. Tapi, hari ini Kento terlihat pucat dan kurang sehat.


"Kento? maafkan aku ya sudah menabrak kamu"


"tidak apa-apa, lain kali kalau jalan hati-hati"


"maafkan aku sekali lagi ya, aku benar-benar ceroboh"


"ya..ya.. tidak usah berlebihan begitu, baiklah Yuri, aku duluan kekelas ya"


Dengan sekelebat, Kento meninggalkanku sendirian di tengah jalan yang masih terheran-heran.

"kok dia tidak marah ya? biasanya kalau ada orang yang menabraknya pasti dia ngoceh-ngoceh gak jelas, tapi kok sekarang gak ya?" tanyaku dalam hati sambil menggaruk-garuk kepala



-KYOSHITSU-


Di dalam kelas aku belajar seperti biasanya, dengan dosen yang selalu marah-marah di dalam kelas. Sesekali aku menoleh ke arah Kento, dia terus saja menulis tanpa menoleh ke arahku sedikitpun, raut mukanyapun terlihat sedih dan pucat. Ya, pokoknya aku harus menanyakan ini pada Kento.


"sstt, Kento!" bisikku


"ada apa?" tanyanya balik berbisik


"kau sudah tidak marah lagi denganku?"


"tidak, aku sudah tidak marah denganmu, kemarin aku hanya emosi saja, kau seenaknya saja mengikuti ku ke tempat kerjaku"


"eeh?? jadi sekarang kau bekerja disana? kenapa kau tidak pernah bilang?"


"kau tidak perlu tahu semua aktivitasku kan? biasanya juga kau tidak pernah mau tahu apa saja kegiatanku" jawab Kento ketus padaku


"iya sih memang, tapi hari ini kau terlihat pucat, apa kau baik-baik saja?"


"ya, mungkin aku hanya kelelahan setelah bekerja seharian kemarin"


"oia, hari ini aku mau berlibur ke rumah Kei dan menginap disana satu minggu, kau mau ikut?"


"aku tidak tertarik, masih ada hal yang harus ku kerjakan selain bersenang-senang"


'PLETAAAAK' tiba-tiba sepidol melayang ke kepalaku dengan keras.


"heeeei, Yuri, Kento!! kalian ini kebiasaan ya selalu saja mengobrol di jam pelajaran saya!" teriak dosenku yang sedang mengajar di kelas


"maafkan kami pak, aku hanya menanyakan keadaan Kento saja, habis wajahnya pucat" ujarku mengadakan pembelaan


"DASAR ANAK GEMBLUNG, nanti saja kalau mau mengobrol setelah jam kuliah selesai, cepat menghadap ke depan dan perhatikan"


"baik pak" ucapku dan Kento serentak


'TENG..TONG..TENG..TONG' bel pulangpun terdengar kencang di telingaku. Dosenku segera beranjak keluar diikuti dengan murid di kelas. Aku menoleh lagi ke arah Kento, tapi dia belum juga beranjak dari tempat duduknya dan malahan dia tidur di mejanya.


"heeeeei, Kento! ayo bangun sudah selesai kelasnya" teriakku didekat telinganya

Tapi dia tetap tidak bangun, padahal sudah ku teriakkan 4 kali dan ku tepuk pundaknya tetap saja dia tidak bangun juga. Aku jadi panik sendiri disana karena tidak ada satupun orang yang lewat, dahinya panas tetapi tangannya dingin. Sudah kuduga, dia pasti sedang sakit. Dengan sigap, ku panggil Kei dan segera membawanya kerumah sakit. Sepanjang perjalanan menuju rumah sakit, ia selalu mengigau dan menyebut namaku. Aku semakin panik dengan keadaanya.


"Kei, ayo cepat sedikit, aku kasihan dengan Kento"


"un, baiklah"


Sesampainya di rumah sakit, dia langusung di bawa keruang perawatan oleh dokter yang menanganinya. Akupun menghubungi ibunya memberi tahu kalau Kento dirawat dirumah sakit. Setelah dokter memeriksanya, aku disuruh menuju keruangan dokter itu, aku di temani Kei segera menuju keruangan dokter itu. Sebelumnya aku sangat gugup dan takut kalau terjadi sesuatu yang mengerikan pada Kento. Aku menggantikan ibunya karena ia belum datang juga setelah di telepon beberapa kali.


"jadi begini" dokter itu mulai pembicaraan


"apa terjadi sesuatu pada Kento?" tanyaku pada dokter itu


"Kento baik-baik saja, kau tidak perlu khawatir, mungkin dia hanya kelelahan saja"

"kira-kira sampai kapan dia di rumah sakit dok?" tanyaku lagi pada dokter itu dengan nada sedikit lirih

"kami akan memeriksa keadaannya lagi, jadi mungkin sekitar tiga hari dia akan di rawat di rumah sakit ini"


***


Hari ini aku masih terus memikirkan keadaan Kento yang masih terbaring di rumah sakit, namun aku tidak enak dengan janji ku ingin menginap di rumah Kei, aku takut dia kecewa kalau aku bilang tidak jadi menginap di rumahnya, jadi kuputuskan untuk tetap pergi ke rumah Kei. Di rumahnya aku di perlakukan dengan baik dengan keluarganya. Seandainya saja keluargaku masih utuh mungkin aku juga akan di perlakukan seperti itu. "ah, kenapa aku terus berandai-andai sih?"


"yuri-sama" panggil seseorang yang memecahkan lamunanku


"ya? kenapa?" sahutku dan balik bertanya

"teleponmu bedering" ucap Kei seraya memberikan telepon genggamku


"moshi-moshi, yuri desu, dare desuka?" tanyaku pada orang di teleponku


"apa? Kento lupa ingatan?"


Sehabis menerima telepon dari ibunya Kento, aku segera melesat kerumah sakit di antar dengan Kei.
setibanya di rumah sakit, aku melihat raut sedih dan terpukul terpancar di wajah ibu dan kakaknya Kento. Dengan sigap, aku segera bertanya apa yang terjadi kepada Kento, ibunya pun menjelaskan semuanya padaku dengan nada lirih dan air mata mulai membasahi pipinya. Ternyata Kento mengidap penyakit Alzheimer stadium dua, hal yang sungguh tak pernah terlintas dalam pikiranku selama ini kalau Kento memiliki penyakit seperti ini.
Aku mulai takut kalau Kento sampai melupakanku dan tidak akan pernah ingat lagi padaku, mengingat bahwa penyakit Alzheimer ini menyerang syaraf-syaraf ingatan seseorang dan sulit untuk disembuhkan meskipun sudah ada terapi dari dokter.

"apakah Kento sudah mengetahui hal ini?" bertanya kepada ibunya Kento sangat sulit bagiku kalau melihat raut wajahnya yang amat begitu sedih


"iya, Kento sudah tau mengenai hal itu" jawab ibunya

"hmm.. apakah aku bisa melihat keadaannya?" ujarku meminta


"silahkan saja, tapi bibi mohon, jangan kau buat Kento sedih lagi ya"


"sedih? maksud bibi?"

"ya, sebenarnya Kento itu sudah menyukai kamu sejak sekolah di tingkat dasar, namun ia tidak pernah bilang padamu karena takut"


"takut? memangnya aku menggigitnya ya?" ujarku sedikit tertawa


"bukan, karena kau adalah anak orang yang berada dan kau tidak pernah peduli sedikitpun pada Kento" jelas Ibunya Kento


"iya, itu karena aku merasa tidak dekat dengannya, aku dekat dengan Kento semenjak sekolah menengah, jadi aku tidak mengetahuinya"

"sekarang kamu sudah tahu kan? bisakah kau menyayangi Kento lebih dari sahabat dan bisakah kau menjaganya?"


Sulit,, ya, sungguh sulit untuk menjawab pertanyaan dari orang tua Kento yang memintaku untuk menjaga dan menjadikan Kento lebih dari sahabat di mataku, sedangkan perasaanku tidak pada Kento melainkan pada Kei. Meskipun Kei tidak mengetahuinya tapi aku yakin, Kei juga memiliki perasaan yang sama padaku, tapi....
Aku harus bicarakan masalah perasaanku pada Kei, jangan sampai aku salah mengambil langkah nantinya.


"bibi.. bisakah kau memberikanku kesempatan untuk memikirkan dan menjawab permintaanmu?" tanyaku pada bibi

"baiklah, tapi bibi sangat berharap kau mau menerima Kento"

Aku diam sejenak dan aku baru tersadar bahwa aku tidak menghiraukan Kei, akupun segera menoleh ke arahnya dan melihat raut wajah yang teramat kecewa dan sedih.


"Kei, bisakah kita bicara sebentar" ajakku

"baiklah, bicara saja" ujar Kei


"sebaiknya kita cari tempat lain untuk membicarakan hal ini" ajakku pada Kei yang segera beranjak dari duduknya dan mengikutiku dari belakang


***

"apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Kei langsung padaku

"hmm,, aku ingin meminta pendapatmu masalah permintaan ibu Kento padaku"

"untuk apa kau ingin meminta pendapatku? bukankah itu sudah jelas, memang sudah seharusnya kau menolong Kento"

"iya,, tapi...." ujarku terhenti

rasanya sulit untuk mengatakan kalau aku memiliki perasaan lebih pada Kei, mengapa aku tidak bisa mengatakannya langsung

"tapi kenapa?"

"tapi aku menyukaimu Kei" ujarku pada Kei dan langsung berlari meninggalkan Kei ke tempat dimana Kento di rawat

Akhirnya aku bisa mengungkapkan perasaanku pada Kei, rasa sesak yang ada di dalam dadaku seketika hilang karena hal yang ku pendam selama ini bisa keluar seketika. Tapi, apakah Kei menanggapi hal ini dengan serius? ataukah dia hanya menganggapku bercanda?"
Aku tidak akan berharap jawaban "YA" keluar dari ucapannya


to be continued

No comments:

Post a Comment

If you like my post and want to put my post, please write with "Credit or Source"

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...