Judul : Beautiful Place
Pemeran Utama : Chinen Yuri (Hey!Say!JUMP)
Kawashima Umika
Genre : Fantasy
Author : Tya
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
Suatu hari di sebuah sekolah Jepang ternama, ada dua orang murid yang bersahabat sejak tahun pertama mereka masuk ke dalam sekolah itu sampai sekarang, mereka adalah Chinen (17 tahun) dan Umika (17 tahun). Kedua sahabat itu merupakan Ketua dan wakil dari club yang meneliti berbagai macam kebudayaan yang ada di Jepang maupun di dunia.
“hei, Umika!” seru seseorang yang berada di dekatnya
“ada apa chii?” tanya Umika menoleh ke arah sebelah kirinya
“kenapa kau terus memandangi keadaan di luar?” Chii malah balik bertanya
“aku hanya merasakan keanehan pada cuaca hari ini” jawab Umika
“ah, kau terlalu banyak mengkhayal” ujar Chii yang tidak menghiraukan perkataan Umika dan meneruskan membuat angsa dari kertas origami
“issh.. dasar kau menyebalkan!” gumam Umika sambil terus memerhatikan cuaca di luar
Kegiatan belajar di sekolah hari itu masih berjalan dengan normal dan lancar seperti biasanya. Sepulang sekolah, mereka berdua menyempatkan ke tempat club kebudayaan yang berada tepat di halaman belakang sekolah. Club kebudayaan memang sedikit yang berminat, sehingga pihak sekolah menempatkan ruangan untuk club kebudayaan di halaman belakang sekolah. Walaupun pihak sekolah memutuskan untuk meletakkan club kebudayaan di halaman belakang, mereka berdua tetap menganggap club kebudayaan adalah club yang eksklusif.
‘Ceklek..’ Umika dan Chinen membuka pintu ruangan club kebudayaan, di sana mereka hanya mendapati dua orang anggotanya sedang mengutak-atik laptop dengan menunjukkan raut wajah kebosanan.
“kalian kenapa sore-sore masih berada di sini?” Tanya Chii pada kedua anggotanya itu
“kami hanya sedang mecari informasi terbaru tentang kebudayaan luar yang belum kita ketahui” jawab salah satu dari kedua orang itu
“oh.. sebaiknya sekarang kalian pulang kerumah, cuaca di luar sedang tidak mendukung” perintah Umika pada mereka sambil menutup laptop yang sedang menyala
“baiklah!” seru kedua murid itu berjalan keluar ruangan
KRIK! KRIK! tiba-tiba suasana ruangan itu menjadi hening.
“hooaaam… sebaiknya kita pulang saja Umika” ucap Chii seraya meninggalkan ruangan
“tunggu, Chii!” seru Umika menyeret Chii masuk ke dalam ruangan lagi
“aah! Kau ini apa-apaan sih? Ada apa lagi?” Tanya Chii dengan raut muka sedikit kesal
“coba kau lihat kearah sana!” *menunjuk tangannya kearah sebuah lubang besar di dekat semak-semak *
“yang mana sih?” Tanya Chii celingak-celinguk
“aah.. mata kamu itu minus berapa sih? Itu tuh lubang besar yang ada di sana!”seru Umika. “sebelumnya kan lubang itu tidak ada” tegasnya lagi
“iya, kau benar! Bagaimana kalau kita keluar untuk melihatnya?” ujar Chii sambil menarik tangan Umika untuk ikut keluar melihat lubang aneh itu
Dengan berhati-hati, mereka berdua mendekati lubang besar nan aneh itu. Chinen yang penasaran ada apa di dalam lubang itu pun memasukkan kepalanya ke dalam lubang tersebut.
‘Jleeeeeb!’ tiba-tiba lubang itu menarik seluruh tubuh Chii ke dalam sana, dengan cepat Umika menggenggam tangan Chii dan berusaha untuk menariknya ke atas, tetapi Umika yang berusaha keras berpegangan di batang pohon pun ikut terperosok ke dalam lubang itu.
***
Suara burung berkicau merdu menandakan bahwa pagi telah tiba. Umika yang tidak sadarkan diri mulai terbangun dengan sedikit sakit di kepalanya karena terkena benturan.“Chinen..!Chinen..!” teriak Umika di telinga Chii sembari menepuk pipi Chii yang masih tidak sadarkan diri
“a..a.. apa yang terjadi?” Tanya Chii yang masih setengah sadar
“aku juga tidak tahu Chii, seingat ku, kita terperosok ke dalam lubang dan sekarang aku tak tahu dimana kita berada” jelas Umika sembari membantu Chii berdiri
“tempat ini sangat asing bagi kita, hutan belantara ini sangat menyeramkan” ujarnya sedikit ketakutan. “sebaiknya kita keluar dari hutan belantara ini dan mencari bantuan” ucapnya lagi
“un.. baiklah” ujar Umika sambil membopong Chii yang kakinya terkilir
Dengan tertatih-tatih mereka berdua berjalan menyusuri setiap jalan di hutan itu dan berharap ada yang bisa membantu mereka keluar dari sana. Terik matahari yang menyengat seakan ingin menghentikan langkah mereka, namun mereka tetap terus berjalan. Ketika mereka sedang sulit-sulitnya berjalan, tiba-tiba dari arah berlawanan tampak seorang gadis berlari terengah-engah diikuti dengan seekor kucing berwarna putih bergaris hitam.
“heeii!!” seru Chii memanggil gadis tersebut dan segera menghampirinya bersama dengan Umika
“siapa kau?” Tanya gadis itu sambil mengerutkan alisnya dengan raut muka heran
“kami tersesat di hutan ini” ujar Chii
“tapi, sepertinya kalian bukan orang yang berasal dari daerah ini” tegas gadis berambut ikal itu
“ya, kami memang bukan berasal dari sini… Kami berasal dari Tokyo” sahut Umika
“hah? Tokyo katamu?!” gadis itu pun tersontak kaget
“i..iya.. kenapa kau kaget?” Tanya Umika mengerutkan alisnya
“di sini itu Pulau Nias” ucap gadis itu sedikit tersenyum
“hah?! Pulau Nias?!!” teriak Chii dan Umika
“un, Pulau Nias yang berada di Negara Indonesia” tegas gadis itu lagi
“Kalau Indonesia aku tahu, ibuku pernah bertugas ke sana, tapi kupikir di Indonesia hanya ada Pulau Bali dan Jakarta saja” ujar Umika sambil menggaruk-garuk kepalanya kebingungan
“hmm.. aku akan membantu kalian untuk pulang ke rumah kalian, tapi, bagaimana kalian bisa sampai datang ke sini dan di hutan pula lagi?”
“jadi begini…” Umika dan Chii mulai menjelaskan kejadian yang sebenarnya menimpa mereka kemarin sore bahwa ada sebuah lubang besar dan aneh di taman belakang sekolah mereka.
Ketika Chii dan Umika menjelaskan kepada gadis itu, tiba-tiba ia memotong pembicaraan Chii dan Umika.
“tunggu sebentar!” seru gadis itu seperti mengingat sesuatu
“ada apa?” Tanya Umika
“aku ingat, kalau sebenarnya kemarin sore, di daerah tempat tinggalku juga ada lubang yang seperti itu, ayahku yang melihatnya” jelas gadis itu. “sebaiknya kita segera menemui ayahku untuk meminta penjelasan soal lubang yang kemarin kalian lihat itu” jelasnya lagi
***
Sesampainya mereka di tempat tinggal gadis itu, Chii dan Umika di persilahkan masuk ke dalam rumahnya dengan menaiki lima anak tangga dan masuk ke dalam rumahnya melewati sebuah pintu horizontal yang terletak di pintu rumah dengan daun pintu membuka ke atas. Rumah itu terasa sedikit menakutkan, di dalam ruang tamunya terdapat ukiran-ukiran kayu yang sangat halus dan diukirkan pada balok-balok utuh.
“Chii,, rumah ini sedikit menakutkan” bisik Umika perlahan ke telinga Chii
“menurutku design rumah ini sangat unik, di Jepang saja tidak ada yang ukirannya sebagus ini” ujar Chii dengan nada meledek
“laah.. kau ini” *jitak kepala Chii*
“apa kalian baik-baik saja?” Tanya seorang lelaki tinggi besar dengan baju sedikit kusam yang di pakainya dan berjalan menghampiri mereka berdua
“perkenalkan, ini adalah ayahku” ujar gadis itu sembari menuguhkan makanan dan minum untuk mereka berdua
“perkenalkan, saya adalah Chinen dan ini Umika” ujar Chii dan Umika bersamaan sambil membungkuk 90º
“ee? Kenapa kalian membungkuk? Kalian kan tidak salah” ucap Gadis ikal itu
“hmm.. kami tidak sedang minta maaf, ini memang sudah menjadi kebudayaan kami, orang-orang Jepang biasa melakukan ini untuk menghormati lawan bicara ketika hendak memperkenalkan diri” jelas Chii panjang lebar
“oh begitu, aku jadi ingin sekali mengenal budaya kalian, sepertinya menarik” ujar gadis itu dengan senyuman
“aa.. justru kami yang ingin sekali mengenal budaya di Pulau Nias ini” tegas Umika membalas senyum gadis itu
“Jadi, sebenarnya apa yang terjadi dengan kami dan bagaimana kami bisa sampai di sini?”
“sebenarnya, lubang yang kalian masuki itu adalah lubang dimensi ruang di mana kalau kalian memasuki lubang itu, kalian akan terperosok ke daerah yang tidak dapat kalian duga, ya, seperti yang kalian alami sekarang” ujar ayah gadis itu menjelaskan pada Umika dan Chinen
“lalu, bagaimana kalau kami ingin kembali ke tempat kami berasal?”
“saya juga bingung, tapi biasanya, lubang itu akan kembali muncul di tempat dimana kalian terperosok kemarin”
“baiklah, kami akan menunggu sampai lubang itu kembali muncul” ucap Umika sedikit kecewa
“oh ya, besok masyarakat di desa kami akan mengadakan pesta adat, bagaimana kalau kalian ikut bergabung dengan kami?” ajak ayah gadis itu
“un, kami setuju, kami juga ingin mengenal kebudayaan yang ada pada masyarakat Nias ini” ujar Chii antusias.
“tapi ngomong-ngomong, kalian tidak memiliki sumpit ya?” *masang tampang bertanya-tanya*
“memang kalau di Jepang harus memakai sumpit ya untuk makan?” memang sumpit itu yang seperti apa?” Tanya gadis itu terus menerus
“ya, kami terbiasa makan dengan sumpit. Sumpit itu adalah alat yang di gunakan untuk mengambil makanan dan terbuat dari kayu, cara menggunakannya dengan di capit”
“oh begitu toh”
“tapi, ini makanan apa ya?” Tanya Umika terheran-heran
“ah, itu namanya godo-godo dan loma” jelas gadis itu. “godo-godo adalah makanan khas daerah kami yang berasal dari ubi / singkong yang diparut, dibentuk bulat-bulat kemudian direbus, setelah matang di taburi dengan kelapa yang sudah di parut, sementara kalau loma dibuatnya dengan beras ketan yang dimasak dengan menggunakan buku bambu” tambah gadis itu lagi.
***
Keesokan harinya, pesta adat yang dibicarakan kemarin oleh gadis itu pun dimulai. Masyarakat yang ada di desa itu mulai berkerumun menikmati acara yang di suguhkan oleh pengisi acara yang menampilkan berbagai macam kesenian, seperti tari perang, tari moyo, dan lompat batu yang sangat terkenal di kalangan masyarakat desa tersebut. Pada hari itu, hal yang serupa terjadi kembali, cuaca hari itu sangat mendung sehingga acara pesta itu tidak berjalan dengan lancar. Umika yang merasakan keanehan seperti kemarin mempunyai firasat bahwa lubang itu akan kembali muncul. Dengan secepat kilat, Umika memberitahu Chinen.
“Gadis berambut ikal!” panggil Chii kepada gadis Nias itu
“ya ada apa? Kau butuh sesuatu?” tanyanya pada Chii
“ya, sepertinya hari ini kami bisa kembali ke tempat asal kami” jelas Chii
“bagaimana kau bisa tahu kalau lubang itu muncul kembali?” Tanya si gadis ikal itu lagi
“sebaiknya kau tidak usah banyak tanya, cepat antar kami ke tempat di mana kita bertemu sebelumnya, aku takut lubang itu akan hilang lagi nantinya” Ujar Umika dengan menarik Chii dan gadis itu menuju arah hutan
***
Sebelum pergi ke hutan itu, Chinen dan Umika menyempatkan berpamitan kepada masyarakat di desa itu yang telah menyambut mereka dengan senang hati. Setelah itu mereka bertiga bergegas ke hutan untuk menemukan lubang besar itu. Ternyata benar firasat Umika, bahwa lubang itu kembali muncul di tempat yang sama. Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk segera masuk kelubang itu.
“terimakasih gadis berambut ikal, kau telah memperkenalkan kami akan budaya Nias yang sangat bagus” Ujar Chii
Sebelum gadis itu menjawab, Chinen dan Umika sudah hilang dari pandangan gadis itu. Pengalaman ini tidak akan pernah terlupakan oleh mereka berdua, bahkan mereka menceritakan semua kejadian yang mereka alami kepada teman-teman di sekolahnya. Kini mereka juga mulai menyukai dan mencari tahu berbagai macam kebudayaan yang ada di Indonesia.
***
-Tamat-
No comments:
Post a Comment
If you like my post and want to put my post, please write with "Credit or Source"